Tema :
derajat perempuan
Narasumber :
televisi
Kapan : 12 agustus 2010
Isi :
SEKUNTUM BUNGA TERPELIHARA
Allah
SWT tidak menciptakan wanita dari kepala laki-laki untuk dijadikan atasanya .
Tidak juga Allah SWT ciptakan wanita dari kaki laki-laki untuk dijadikan
bawahannya. Tetapi Allah menciptakan wanita dari tulang rusuk laki-laki, dekat
dengan lenganya untuk dilindunginya, dan dekat dengan hatinya untuk
dicintainya.
Allah
tidak menciptakan wanita sebagai komplementer atau sebagai barang substitusi
apalagi sekedar objek buat laki-laki. Tetapi Allah menciptakan wanita sebagai
teman yang mendampingi hidup Adam tatkala kesepian di surga. Juga Allah
ciptakan wanita sebagai pasangan hidup bagi laki-laki untuk menyempurnakan
hidupnya sekaligus sebab lahirnya generasi, disamping tunduk dan beribadah
kepada Allah tentunya.
Namun
mengapa tetap saja ada laki-laki yang tunduk di bawah kaki wanita. Mengemis
cintanya, berharap kasih sayangnya dengan menggadaikan kepemimpinan, bahkan
kehormatan dan harga dirinya. Wanita dipuja bagai Dewa, disanjung bagai Dewi
Sinta, yang banyak menyerbabkan laki- laki buta mata, buta telingga, bahkan
buta mata hatinya..
Namun
ada juga yang mengaggap rendah wanita. Wanita dinista, dihina. Kesuciannya
dijadikan objek yang tidak bernilai harganya. Tenaganya dieksploitasi bagaikan
kuda. Kelembutannya dijadikan transaksi murahan yang tak seimbang valuenya.
Wanita dijadikan sekedar pemuas nafsu belaka, bila habis madunya, dengan seenaknya
di buang ke keranjang sampah, atau dianggap sandal jepit yang tak berguna.
Sudah
habis masanya bagi perempuan hidup terhina. Sudah berlalu awan kelam yang
senantiasa menyelimuti gadis-gadis kecil tak berdosa yang dikubur hidup-hidup
hanya karena ia berjenis kelamin perempuan. Sejak cahaya Islam menyinari bumi
melalui tangan seorang rasul, perempuan menempati tempat yang terhormat. Adalah
suatu kesalahan sejarah, jika dikatakan bahwa kebangkitan harga diri dan
kehormatan perempuan dimulai sejak terbitnya buku habis gelap terbitlah terang.
Sebagai
makhluk yang sama-sama mengabdi kepada Allah, perempuan dan laki-laki memiliki
hak dan kewajiban yang sama. Bahkan lebih jauh, ada pekerjaan yang tidak dapat
dikerjakan oleh- laki-laki. Hanya wanita saja yang dapat melakukan pekerjaan
ini. . Mengandung, melahirkan, menyusui, adalah fitrah yang tidak dapat
dielakkan walaupun dengan teori dan argumentasi apapun. Namun tidak ada
pekerjan laki-laki yang tidak dapat dikerjakan oleh wanita. Semua pekerjaan
laki-laki dapat dikerjakan oleh wanita saat ini. Tetapi apakah laki-laki bisa
mengandung, melahirkan, menyusui? Inilah fitrah yang tidak dapat dielakkan,
bahwa wanita memiliki bagian special dalam episode kehidupannya.
Sejarah
Indonesia mencatat perjuangan seorang gadis bernama Kartini untuk hak-hak dan
persamaan derajat kaumnya dengan laki-laki.. Tradisi Jawa yang feodal waktu itu
amat sangat merugikan kaum wanita. Tidak diperkenankan mengenyam pendidikan
adalah puncak kekecewaan Kartini terhadap diskriminasi terhadap wanita yang
sesungguhnya sudah sejak lama dibebaskan Islam melalui lisan Rasulullah. Karena
beliau waktu itu berkiblat pada Eropa, Kartini menganggap Eropa merupkan
atmosfir baru yang patut dijadikan rujukan terhadap kebebasana perempuan dari
kukungan tradisi Jawa yang kurang menghargai wanita.
Perempuan
memiliki hak mendapatkan pendidikan dan pengajaran yang sejajar dengan
laki-laki. Karena mendapatkan ilmu adalah hak setiap insan di muka bumi ini.
Kartini pernah mengirim surat kepada Prof Anton dan Nyonya, 4 Oktober 1902,
“Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak-anak
perempuan, bukan sekali-kali karena kami mengingginkan anak-anak perempuan itu
menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya. Tapi karena
kami
yakin akan pengaruh yang besar sekali bagi kemajuan yang diserahkan alam
sendiri ke
dalam
tanganya, menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama"
Bila
kita perhatikan, tuntutan utama Kartini adalah diberikannya kesempatan bagi
kaum wanita untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Karena memang waktu itu
yang berhak mendapatkan pendidikan hanya laki-laki, itupun terbatas pada
anak-anak kaum ningrat, pejabat pemerintah dan Belanda. Kartini yang masih
berdarah ningrat saja masih terbatas mendapatkan pendidikan, apalagi dengan
perempuan rakyat jelata? Karena Kartini yang cerdas menyadari pendidikan akan
memberikan pengaruh yang besar bagi wanita untuk mengembangkan potensi yang
telah diberikan alam kepadanya.
Pada
zamannya, pendidikan bagi anak perempuan amat minim sekali. Hal ini menyebabkan
Kartini ingin mendobrak tradisi tersebut dan mengharapkan adanya perubahan adat
yang sangat feodal dan mengukung kebebasan. Kartini ingin agar kaumnya pada
zaman Belanda itu mendapatkan kesempatan untuk maju, salah satu cara adalah
dengan mendapatkan pendidikan yang sama dengan apa yang didapatkan laki-laki.
Karena tidak dapat dipungkiri, ibu adalah madrasah pertama yang akan mendidik
anak-anak menjadi manusia-manusia yang kelak akan menjadi pemimpin negeri ini.
Namun
sayang, kaum feminisme tidak utuh mendeskripsikan keinginan dan cita-cita
Kartini. Cita-cita murni dan mulia itu hanya ditafsirkan sebatas persamaan
derajat. Mereka bahkan lebih sempit menafsirkan cita-cita Kartini dengan
persamaan disegala bidang tanpa menghiraukan kodrat keperempuanan yang tidak
bisa dipungkiri jelas akan berbeda dengan laki-laki. Jika persamaan derajat
yang dituntut, jauh sebelum Kartini lahir, Islam telah mengangkat derajat
wanita ke tempat yang paling terhormat, bahkan seluruh isi alam ini tidak ada
artinya dibandingkan seorang wanita yang sholehah, begitu Rasul mengatakan.
Sebelum
wafatnya Kertini sempat mempelajari Al-Quran. Pelajaran yang hanya sebentar ia
dapatkan itu menyadarkannya bahwa betapa selama ini ia telah salah memandang
Eropa yang selalu diagung-agungkannya sebelum ia mendapat hidayah Allah.
Hal
ini terungkap dalam suratnya kepada Ny. Abendanon tanggal 27 Oktober 1902,
“Sudah lewat masanya, tadinya kami mengira bahwa masyarakat Eropa itu
benar-benar satu-satunya yang paling baik tiada taranya. Maafkan kami, tetapi
apakah Ibu sendiri menganggap masyarakat Eropa itu sempurna? Dapatkah Ibu
menyangkal bahwa dibalik hal yang indah dalam masyarakat Ibu, terdapat banyak
hal-hal yang sama sekali tidak patut disebut peradapan?
Surat
yang cukup pedas ini Kartini sampaikan karena akumulasi kekecewaanya pada
masyarakat Eropa yang selama ini ia anggap terhormat. Tidak ada satu
masyarakatpun yang lebih menghargai keberadaan perempuan kecuali Islam.
Itulah
Kartini, perempuan yang cerdas, kritis dan bisa membedakan mana yang merupakan
peradapan, dan mana yang tidak. Perkenalannya yang hanya sebentar dengan
Al-quran, telah mengembalikan aqidahnya yang hampir terlumuri oleh teori
teman-temanya dari Eropa dan Barat yang jauh dari nilai-nilai Islam, berpandangan
materialistik, menganggap kaum perempuan pribumi bodoh, padahal merekalah yang
menciptakan situasi tersebut.
Surat Kartini kepada Ny. Abendanon tanggal 12 Oktober membuktikan
itu, “Dan saya menjawab, tidak
ada Tuhan kecuali Allah, kami mengatakan bahwa kami beriman kepada-Nya. Kami ingin mengabdi kepada Allah dan bukan kepada manusia, jika
sebaliknya tentulah kami sudah memuja orang, bukan
manusia”.
Subhanallah, Allah memberi hidayah kepada siapa yang
dikehendaki-Nya, dan mencabut hidayah dari siapa yang dikehendaki-Nya. Beruntunglah Kartini, diakhir
hayatnya Allah menunjukinya jalan yang benar, bahwa tiada
Tuhan selain Allah dan Muhamad adalah utusan Allah. Wanita diciptakan Allah dari tulang rusuk laki-laki untuk menjadi patner
khalifah di muka bumi ini. Dan Rasul telah membebaskan
perempuan dari kukungan jahiliyah yang merendahkan martabat wanita, sehingga kerjasma itu dapat dilaksankan dengan baik.
Jika Kartini pada akhir hayatnya ingin kembali kepada cahaya Allah,
dan melupakan teori Barat dan
Eropa, mengapa kita masih meragukan kesempurnaan ajaran Islam?. Kembalilah
kepada fitrah yang telah Allah berikan kepada wanita,
sebagai istri yang meneguhkan pijakan kaki suami, sebagai
ibu, pendidik pertama bagi pertumbuhan dan perkembangan anak-anaknya. Tak ada
yang lebih berharga dalam hidup ini, jika kita memiliki keluarga
yang harmonis, suami yang sholeh, istri yang sholehah,
anak yang sholeh, sehat dan cerdas, yang disinari cahaya Islam, semua itu tiidak lepas dari kreasi tangan wanita.
Saat ini yang perlu kita lakukan adalah menciptakan generasi
kreatif, inovatif, prestatif, edukatif dan produktif. Adalah sebuah mimpi hal itu terwujud jika tidak dilukis
oleh tangan-tangan lembut wanita. Untuk mewujudkan itu,
tidak lain hanyalah wanita sholehah yang berilmu, berakal
dan bertaqwa yang dapat melakukannya.
Wanita sholehah adalah sekuntum bunga terpelihara. Tidak mudah bagi
kumbang mengisap madunya. Dalam
dirinya tersimpan potensi kepahlawanan yang akan membawa ummat pada puncak peradaban terhormat. Wanita sholehah akan terus membuktikan
prestasi kepahlawannya. Apakah keluarga kita yang
perempuan termasik dalam bagiannya?
Tujuan :
1. Agar kaum laki – laki lebih menghormati kaum
perempuan
Agar derajat perempuan disamakan dengan kaum
laki - laki
0 comments:
Post a Comment