Pages

Subscribe:

Saturday, September 17, 2011

Pesona “Si Hijau” Kawasaki Ninja ZX-6R (Harga dan Spesifikasi)



Pabrikan motor yang terkenal dengan kelir hijaunya, Kawasaki, kini kian menancapkan tajinya dipasaran Motor Gede (Moge) Indonesia. PT Kawasaki Motor Indonesia (KMI) akhirnya resmi memperkenalkan varian premium terbarunya, Kawasaki Ninja ZX-6R.
Menurut Kawasaki, motor berkapasitas mesin 600cc ini menghadirkan pengendalian yang nyaman dengan sistem pengkontrolan akurat dan berat yang tepat.
Mesin berkapasitas 600 cc itu mampu menghasilkan tenaga hingga 128 ps pada 14.000 rpm dan torsi sebesar 66,7 Nm pada putaran mesin 11.800 rpm. Mesin yang bersemayam itupun didukung 16 katup dengan 4-stroke serta pendingin cair yang dikawinkan dengan transmisi 6 percepatan ini pun mampu memaksimalkan performa diputaran bawah dan tengah.

Berikut ini Spesifikasi Mesin Ninja ZX-6R:

  • Kapasitas Mesin : 600 cc
  • Pendingan : Liquid-cooled, S Stroke in-line Four
  • Bore and Stroke : 67.0 X 42.5 mm
    Kompresi : 13.3:1
  • Full Injection : 38 mm X 4 (Keihinay with oval sub-throttles, dual Injection)
  • Ignition : digital
  • Lubrication : Forced Lubrication, Wet Sump
Disela-sela peluncuran di Hotel Ritz Carlton Mega Kuningan, Jakarta (8/7/2011), Presdir PT KMI, Yoshihiro Tanigawa mengatakan, “Ini merupakan motor premium dengan tenaga dan mesin yang jauh lebih baik. Dan oleh sebab itu target kami adalah orang-orang berjiwa sport”.
Oh ya, bila anda berminat, motor gahar milik Kawasaki ini tersedia 5 pilihan warna. Dan siapkan dana sebesar Rp 211 Juta untuk membawanya ke rumah.

Macam-macam Aliran Modif Satria FU



Here we Go…:
1.Old School
Yap ciri aliran yg satu ini bisa di bilang lg booming bgt,cuz gk perlu banyak yang di modif karna hanya menonjolkan satu ciri aja,missal yang paling menonjol adalah penggunaan velk Spoke Wheel / Jari – jari
Ciri khas utama:
-Velg Jari – jari
-Aksesoris Bolt On
-Ban Kecil
-Saluran Knalput Racing,dll


2.Drag Style
Yap Dsini masih ada unsure Old School Nya jg,dmn penggunaan velg jari2 sangat di wajibkan,kenapa??biar makin enteng lha tarikaaaan nya,heuheuheu
Ciri Khas:
-Stang Jepit Aftermarket
-Velg Jari2
-Ban Kecil
-Trondol / Body Semi Open
-Penggunaan Full Parts racing ( Jeroan Mesin Sampe Knalpot,,Wajib Bgt )


3.Elegance
Aliran Ini Lebih sedikit merombak Fu untuk Gaya2an aja siy,FU standarnya aja dah keren,apa lagi di tambah ini itu..euheueh
Ciri khas :
-Body Full Airbrush / Cat Unique
-Rangka dan Kaki2 Berlapis Chrome
-Full Acc (Racing gk Wajib)
-Dll


4.Racing Look
Aliran Ini lebih menonjolkan aura balap untuk FU nya,maybe ada yang sampe ngeggunain acc Full Racing
Ciri Khas :
-Foot step Underbond
-Knalpot Racing
-Body Simple Collor
-Penggunaan Ban Besar
-Velg Masih Racing
-Jeroan sampe Part Penunjang Full Racing
-Gp Look
-Body Custom
-dll



http://bebexbiroe.blogspot.com/2010/07/macam-aliran-modif-satria-fu.html

PENGARUH BUDAYA BARAT TERHADAP INDONESIA


Westernisasi adalah sebuah arus besar yang mempengaruhi kehidupan suatu bangsa maupun negara yang bertujuan untuk mewarnai kehidupan sehari-hari bangsa-bangsa dengan gaya Barat. Westernisasi di Indonesia menurut saya merupakan suatu masalah yang perlu dicermati bersama karena menyebabkan perubahan terhadap masyarakat Indonesia. Dan apabila warisan kepribadian bangsa yang telah menjadi ciri khas bangsa kita Indonesia  tidak dilestarikan maka sesungguhnya akan memberikan suatu perubahan yang signifikan dalam  kehidupan bangsa Indonesia, sehingga apa yang menjadi keunikan bangsa Indonesia akan tertelan secara perlahan-lahan oleh budaya asing terutama budaya barat dan tidak menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang memiliki kepribadian bangsa yang berbeda. Sekarang ini begitu banyak generasi bangsa Indonesia yang bersikap “kebarat-baratan”, kini jati diri bangsa hanya tampak pada sebagian kecil kelompok masyarakat. Generasi kita terlalu bangga dengan kebiasaan dan adat orang-orang Barat, sementara dengan adat sendiri malu apabila menunjukkan adat tersebut di depan umum.beberapa contoh perubahan yang bersifat negatif yang muncul dari pengaruh budaya “kebarat-baratan” ini antara lain, yang pertama adalah gaya hidup.
Bisa kita lihat di kalangan artis banyak sekali yang kehidupannya itu glamour, padahal seyogyanya kehidupan seseorang yang terlalu glamour itu menandakan bahwa dirinya secara utuh telah terpengaruh oleh budaya barat. Biasanya kehidupan orang-orang berbudaya Indonesia pastinya sederhana sopan dan tidak terlalu memamer-mamerkan hartanya. Selain itu juga gaya hidup yang glamour ini juga  mempengaruhi etika makan yang biasanya digunakan oleh bangsa Indonesia, biasanya makanan pokok masyarakat Indonesia adalah nasi, entah itu sarapan pagi, makan siang, ataupun makan malam selalu memakan nasi tetapi sekarang sudah banyak orang-orang kalangan atas yang mengikuti gaya bangsa barat yaitu mengganti sarapan pagi yang biasanya menggunakan nasi diganti dengan memakan roti dan susu, sudah tergambar jelas bahwa budaya barat sangat berpengaruh. Selain itu juga cara makan yang digunakan orang-orang berkelas yang mengikuti budaya barat, mereka pasti menggunakan tata cara yang sudah ditentukan dalam suatu acara, seperti tata cara memegang sendok, garpu, dan pisau. Padahal adat yang digunakan dalam masyarakat indonesia apalagi masyarakat jawa lebih sering menggunakan tangan secara langsung untuk makan daripada repot-repot menggunakan sendok.
Ada juga sisi negatif lainnya yang menimbulkan banyak perubahan dalam citra diri bangsa Indonesia yaitu Cara berpakaian yang telah sebagian meniru budaya barat Sebagai contoh warga Indonesia sendiri banyak yang menyalah gunakan produk industri, misalnya thank top yang diluar negeri digunakan pada musim panas, akan tetapi di Indonesia malah digunakan untuk bergaya di depan umum. Ini yang menimbulkan banyak kontroversi di kalangan masyarakat, apalagi masyarakat yang muslim yang mewajibkan seorang perempuan untuk berjilbab. Budaya barat ini sangat bertentangan dengan adat istiadat, norma, dan ilmu agama. Yang lebih parah lagi tentang aktifitas malam yang sering dilakukan orang-orang berbudaya barat, mereka lebih sering berada di cafe-cafe pinggir jalan yang biasa disebut cafe remang-remang ataupun berada di club-club yang di gunakan untuk klabing dan hanya untuk kesenangan sesaat saja seperti mabuk-mabukan, berjudi, dan main perempuan ini yang menimbulkan perubahan yang sangat merugikan bangsa Indonesia yang dulunya lebih sering menggunakan aktifitas malam untuk istirahat ataupun melaksanakan suatu kegiatan seperti pengajian ataupun berkumpul dengan keluarga. Selain itu kebiasaan orang barat yang glamour dengan mengadakan pesta-pesta yang sebenarnya menurut kepribadian bangsa Indonesia kegiatan pesta hanya semata-mata membuang biaya saja, lebih baik kita merayakan suatu acara atau kegiatan dengan syukuran semata-mata untuk mensyukuri sesuatau yang diberikan oleh Allah, jangan dengan mengadakan pesta yang glamour yang hanya menimbulkan banyak kerugian, biasanya juga saat pesta ada kegiatan yang tidak sesuai dengan nilai agama seperti mabuk-mabukan dan lain-lain. Menyangkut dengan pesta yang mengikuti budaya barat secara otomatis kegiatan pesta ini dilakukan oleh orang-orang yang memiliki pergaulan yang tidak sesuai dengan  adat dan karakteristik bangsa Indonesia. Pergaulan yang sekarang nampak di sekitar kita ini merupakan pergaulan yang telah terkontaminasi dengan budaya barat, banyak di kalangan anak remaja yang telah mengenal seks bebas ataupun narkoba dan obat-obatan terlarang itulah salah satu contoh pengaruh budaya barat yang merusak penerus-penerus bangsa indonesia. Adapun dalam lingkungan bermasyarakat kebiasaan orang barat yang telah merubah kesadaran masyarakat Indonesia yang terkenal dengan kesopanan dan keakraban apabila bertemu dengan orang lain walaupun kita belum mengenalnya dan juga mengaplikasikan secara baik bahwa kita adlah makhluk sosial yang saling membutuhkan, namun di era modernisasi ini orang-orang semakin jarang melakukannya banyak diantara mereka yang justru cuek dan selalu menunjukkan bahwa seolah-olah orang itu hidup sendirian (individualis), padahal kita tahu sikap dan gaya individualis adalah gaya orang-orang Barat, dan tidak sesuai dengan budaya negara kita.
Namun selain adanya dampak negatif juga ada sedikit dampak positif yang dapat kita ambil dari masuknya arus besar dari budaya barat ini yaitu seperti etos kerja yang tinggi padahal pada hakikatnya orang jawa lebih suka bekerja yang biasa saja dan standar-standar saja jarang ingin berkembang, namun apabila kita berada di sebuah lingkungan pekerjaan yang di dalamnya ada orang asing ataupun orang luar negerinya secara otomatis kita sebagai warga Indonesia tidak ingin disaingi oleh mereka maka dari itu semangat kerja kita sebagai orang Indonesia menjadi lebih tinggi. Selain itu juga tentang ketepatan waktu sudah terpatri jelas di benak kita bahwa kebiasan orang Indonesia adalah jam karet, yaitu bila ada suatu acara ataupun kegiatan apapun pasti orang-orang indonesia datang terlambat ataupun mepet dari acara tersebut, berbeda dengan budaya barat yaitu bila ada suatu acara tertentu apalagi itu adalah acara yang dibuat berdasarkan janji pasti orang-orang barat ini akan datang lebih awal dari sebelum acara itu dimulai ataupun tepat saat acara dimulai. Selain itu juga ada hal baik yang bisa kita contoh dari budaya barat yaitu tentang kebersamaan dalam keluarga. Di Indonesia jarang kita dengar budaya makan bersama satu keluarga di ruang makan, tetapi lain halnya dengan orang-orang barat mereka sesibuk apapun pasti menyempatkan diri untuk hanya sedikit makan pagi atau sarapan bersama dengan seluruh keluarga di ruang makan. Ataupun saat makan malam mereka juga menyempatkan untuk berkumpul bersama agar bisa sharing tentang kegiatan masing-masing anggota keluarga. Untuk itulah diperlukan kesadaran bersama baik pemerintah maupun masyarakat, serta dilakukan penanaman, penghayatan, dan pengamalan lebih mengenai pengetahuan akan kepribadian ataupun jati diri bangsa kita sehingga nantinya budaya asli kita tidak akan hilang tergilas oleh perkembangan roda zaman yang diboncengi masuknya berbagai budaya asing ke dalam negara kita terutama budaya-budaya barat yang merusak. Masyarakat harus bisa mengambil hal-hal yang baik dari suatu budaya asing serta membuang hal-hal yang buruk dari budaya asing yang tidak sesuai dengan kepribadian maupun jati diri bangsa kita. Serta juga diperlukan peningkatkan jiwa nasionalisme, persatuan, dan kesatuan agar tertanam rasa lebih mencintai semua yang berasal dari negeri sendiri daripada dari orang negara lain.

PENGGUNAAN NAVIGASI KAPAL


Untuk menentukan arah, pada masa lalu kapal berlayar tidak jauh dari benua atau daratan. Namun sesuai dengan perkembangan akhirnya para awak kapal menggunakan bintang sebagai alat bantu navigasi dengan alat bantu berupa kompas dan astrolabe serta peta. Ditemukannya jam pasir oleh orang-orang Arab juga ikut membantu navigasi ditambah dengan penemuan jam oleh John Harrison pada abad ke-17. Penemuan telegraf oleh S.F.B Morse dan radio oleh C. Marconi, terlebih lebih penggunaan radar dan sonar yang ditemukan pada abad ke 20 membuat peranan navigator agak tergeser. Satuan kecepatan kapal dihitung dengan knot dimana 1 knot = 1,85200 km/jam.
Menjelang akhir abad ke-20, navigasi sangat dipermudah oleh GPS, yang memiliki ketelitian sangat tinggi dengan bantuan satelit.Selain dari itu system komunikasi yang sangat modern juga menunjang navigasi dengan adanya beberapa macam peralatan seperti radar type Harpa memungkinkan para navigator / Mualim bisa melihat langsung keadaan kondisi laut. Radar harpa ini adalah radar modern yang bisa mendeteksi langsung jarak antara kapal dgn kapal, kapal dengan daratan , kapal dengan daerah berbahaya, kecepatan kapal, kecepatan angin,dan mempunyai daya akurasi gambar yang jelas. Selain dari itu ada lagi system GMDSS (Global Maritime Distress safety system) Suatu system keselamatan pelayaran secara global. Kalau suatu kapal berada dalam kondisi berbahaya system ini akan memancarkan berita bahaya yang berisi posisi kapal, nama kapal, jenis marabahaya,tersebut secara otomatis, cepat, tepat , akurat. Untuk system komunikasi lainnya ada INMARSAT (International Maritime satelite) Suatu system pengiriman berita menggunakan E-Mail, Telephone, Telex, ataupun Faximile.

KESIMPULAN
Pada zaman dahulu nelayan menggunakan rasi bintang untuk menentukan arah mata angin tapi seiring berkembangnya akal manusia maka ditemukannya alat canggih untuk menentukan arah mata angin contoh: GPS. Hal ini berarti perubahan social menagkibatkan dampak positif bagi manusia

Dampak Supermarket terhadap Pasar dan Pedagang Ritel Tradisional di Daerah Perkotaan di Indonesia

Supermarket telah hadir di berbagai kota utama di Indonesia selama tiga dekade terakhir.
Akan tetapi, pada awal pemberlakukan liberalisasi sektor ritel pada 1998, pengelola
supermarket asing mulai merambah masuk pasar dalam negeri, yang menimbulkan
persaingan sengit dengan pengelola supermarket lokal. Beberapa kelompok mengklaim
bahwa pasar tradisional merupakan korban nyata persaingan tajam tersebut yang berdampak
pada hilangnya pelanggan pasar tradisional akibat membanjirnya produk-produk bermutu
dengan harga murah dan lingkungan perbelanjaan yang lebih nyaman yang disediakan
supermarket. Karena itu, muncul desakan agar ada pembatasan pembangunan supermarket,
khususnya di lokasi-lokasi yang berdekatan dengan pasar tradisional.
Studi ini mengkaji kebenaran klaim tersebut dengan mengukur dampak supermarket
pada pedagang pasar tradisional di pusat-pusat perkotaan di Indonesia. Metode utama
yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, sedangkan metode kualitatif
dilakukan untuk menyingkap kisah di balik temuan-temuan kuantitatif. Metode
kuantitatif menggunakan metode difference-in-difference (DiD) dan ekonometrik. Metode
kualitatif mencakup wawancara mendalam dengan Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh
Indonesia (APPSI), Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO), pengelola pasar
tradisional, pedagang pasar tradisional, pengelola supermarket, dan pejabat dari badanbadan
pemerintah daerah (pemda) yang terkait.
Lima pasar tradisional dipilih sebagai kelompok perlakuan, sementara dua pasar
tradisional lainnya dipilih sebagai kelompok kontrol. Kerangka sampel ini dibuat untuk
merepresentasi pasar tradisional di daerah perkotaan di Indonesia. Kerangka sampel juga
dibuat untuk menjamin bahwa kelompok perlakuan dan kelompok kontrol memiliki
karakateristik yang relatif sama, kecuali kedekatannya dengan supermarket. Dua pasar
kelompok perlakukan dan satu pasar kontrol berlokasi di Kota Depok, yang berada tidak
jauh dari Jakarta, sementara lainnya berada di kota Bandung, ibu kota Provinsi Jawa
Barat. Para pedagang yang diseleksi secara acak di pasar-pasar ini diwawancarai dengan
menggunakan kuesioner. Para pedagang tersebut mewakili pedagang pasar tradisional.
Selain itu, SMERU melakukan 37 wawancara mendalam dengan para pemangku
kepentingan tersebut di atas.
Mayoritas pasar tradisional dikuasai dan dikelola oleh pemda setempat, biasanya di
bawah kendali Dinas Pasar. Akan tetapi, sejumlah kecil pasar tradisional dikembangkan
melalui kerja sama antara pemda dan perusahaan swasta, umumnya di bawah skema
bangun, operasi, dan transfer (build-operate-transfer/BOT). Perusahaan swasta kemudian
membayar setiap tahun kepada pemda sejumlah dana yang telah disepakati.
Pengelola pasar, yang diangkat oleh Kepala Dinas Pasar, mengelola pasar milik pemda. Di
beberapa kasus, pengelola pasar bertanggung jawab atas beberapa pasar sekaligus. Dinas
Pasar menetapkan target retribusi pasar tahunan pada setiap pasar tradisional miliknya.
Tugas utama yang diemban setiap kepala pasar adalah pemenuhan target yang sudah
ditetapkan. Kegagalan pemenuhan target tidak jarang berbuntut pada pemberhentian
langsung kepala pasar. Karena itu, penarikan dana retribusi dari para pedagang menjadi
ajang perhatian utama dari setiap kepala pasar daripada pengelolaan pasar yang lebih baik.
Komoditas utama yang diperdagangkan di pasar tradisional mencakup sayur segar, yang
dijual oleh seperlima pedagang, disusul makanan lain dan aneka minuman. Sebaliknya,
hanya terdapat 7% pedagang yang menjual beras, bahan pangan pokok masyarakat.
Hanya sepertiga pedagang memiliki pelanggan rumah tangga sebagai pelanggan
utamanya. Ketika ditanya saingan utama, 33% pedagang mengatakan pedagang lain
dalam pasar tersebut, 27% menyebut supermarket, 18% menyebut pedagang kaki lima
(PKL), dan 13% merasa tidak punya saingan. Meskipun sebagian besar pedagang mampu
mengidentifikasi pesaing-pesaingnya, strategi riil dalam menghadapi persaingan sangat
minim. Hanya 20% pedagang yang memiliki kebijakan jaminan mutu dan 13% lainnya
menyediakan potongan harga bagi pelanggan setianya, sementara 38% mengandalkan
sopan santun pada pelanggan, dan hampir 10% tanpa strategi sama sekali.
Dalam hal mata rantai pasokan, 40% pedagang menggunakan pemasok profesional,
sementara 30% lainnya mendapatkan barangnya dari pusat-pusat perkulakan. Hampir
90% pedagang membayar tunai kepada pemasok. Keadaan ini berarti bahwa pedagang di
pasar tradisional sepenuhnya menanggung risiko kerugian dari usaha dagangnya. Ini
berbeda dengan supermarket yang umumnya menggunakan metode konsinyasi atau
kredit. Terkait dengan modal usaha, 88% pedagang menggunakan modal sendiri yang
berarti minimnya akses atau keinginan untuk memanfaatkan pinjaman komersial untuk
mendanai bisnisnya. Hal ini bisa menjadi hambatan terbesar dalam memperluas kegiatan
bisnis mereka.
Secara rata-rata, pedagang, baik dalam pasar perlakuan atau pasar kontrol, mengalami
kelesuan dalam kegiatan perdagangannya selama tiga tahun terakhir. Dalam wawancara
mendalam, para responden mengungkapkan bahwa penyebab utama kelesuan adalah
lemahnya daya beli pelanggannya akibat melonjaknya harga BBM, serta meningkatnya
persaingan dengan PKL yang memenuhi lahan parkir dan area lain sekitar pasar. Dalam
wawancara mendalam terungkap bahwa penyebab ketiga kelesuan kegiatan dagang di
pasar tradisional adalah supermarket. Temuan ini terutama bersumber dari pedagang
kelompok perlakuan. Akan tetapi, perlu dicatat bahwa para pedagang di pasar tradisional
di Pamoyanan menyebut supermarket sebagai penyebab tunggal kelesuan bisnis. Dalam
studi ini, pasar tradisional Pamoyanan merupakan satu-satunya pasar di mana mayoritas
pelanggannya adalah rumah tangga kelas menengah dan pasar ini tidak mengalami
permasalahan dengan PKL.
Temuan analisis kualitatif menunjukkan bahwa supermarket memang memberi dampak
negatif pada peritel tradisional. Terlebih lagi, temuan analisis ini menunjukkan bukti
bahwa pasar tradisional yang berada dekat dengan supermarket terkena dampak yang
lebih buruk dibanding yang berada jauh dari supermarket. Namun demikian, hal ini
terutama disebabkan oleh lemahnya daya saing para peritel tradisional. Para pedagang,
pengelola pasar, dan perwakilan APPSI menyatakan bahwa hal penting yang harus
dilakukan untuk menjamin keberadaan pasar ini adalah dengan memperbaiki
infrastruktur pasar tradisional, penataan ulang para PKL, dan penciptaan praktik
pengelolaan pasar yang lebih baik. Kebanyakan para pedagang secara terbuka
mengatakan keyakinan mereka bahwa kehadiran supermarket tidak akan menyingkirkan
kegiatan bisnis mereka bila persyaratan di atas terpenuhi.
Analisis dampak kuantitatif menemukan hasil statistik yang bervariasi untuk beberapa
indikator kinerja pasar tradisional, seperti jumlah keuntungan, pendapatan, dan jumlah
pegawai. Dari indikator tersebut, ditemukan bahwa supermarket secara statistik hanya
berdampak pada pasar tradisional melalui jumlah karyawan yang bekerja di pasar
tradisional. Data tersebut menunjukkan bahwa pedagang tradisional mau mempekerjakan
lebih banyak pegawai bila lokasi pasar tradisional berada lebih jauh dari supermarket,
demikian pun sebaliknya. Para pedagang tradisional bersaing dalam suasana ”persaingan
yang nyaris sempurna” dan strategi mereka untuk mempertahankan laba rutin mencakup
penambahan jumlah dan ragam produk yang dijajakan dan pengurangan biaya–termasuk
biaya pekerja.
Juga ditemukan bukti adanya pedagang-pedagang yang gulung tikar selama tiga tahun
terakhir dengan alasan yang lebih kompleks daripada sekedar masuknya supermarket saja.
Kebanyakan terhentinya kegiatan berdagang terkait dengan masalah internal pasar atau
masalah pribadi. Selain itu, para pedagang yang menjual produknya terutama kepada
pelanggan nonrumah tangga dan telah membangun hubungan yang erat dengan
pelanggan untuk waktu yang lama, memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk tetap
bertahan.
Hasil analisis kualitatif dan kuantitatif tersebut di atas lebih lanjut dipertegas dengan
kisah sukses sebuah pasar tradisional di kawasan Bumi Serpong Damai (BSD) di
Tangerang, yang tetap memiliki pelanggan meskipun terdapat beberapa pasar modern di
sekitarnya. Pihak pengembang perumahan dan pemda setempat bekerja sama mengelola
pasar tradisional tersebut. Pasar tradisional ini tampak bersih, aman, dan memiliki lahan
parkir luas serta fasilitas yang memadai. Pasar ini juga berhasil menerapkan desain
bangunan berlantai satu dengan batas plafon yang tinggi agar sirkulasi udaranya
mencukupi. Ini membuktikan bahwa pasar tradisional yang kompetitif dapat bersaing dan
hadir berdampingan dengan supermarket.
Untuk menjamin keberadaan lingkungan pasar tradisional yang baik, kebijakankebijakan
yang akan membantu meningkatkan daya saing pasar tradisional harus
diciptakan dan dilaksanakan. Pertama, memperbaiki infrastrukturnya. Ini mencakup
jaminan tingkat kesehatan dan kebersihan yang layak, penerangan yang cukup, dan
lingkungan keseluruhan yang nyaman. Contohnya, konstruksi bangunan pasar berlantai
dua tidak disukai di kalangan pedagang karena para pelanggan enggan untuk naik dan
berbelanja di lantai dua.



KESIMPULAN

Untuk itu, pemda dan pengelola pasar tradisional swasta harus melihat pasar tradisional
bukan hanya sekadar sebagai sumber pendapatan. Keduanya harus melakukan investasi
dalam pengembangan pasar tradisional dan menetapkan standar minimum pelayanan.
Hal ini pun mensyaratkan pengangkatan orang-orang berkualitas sebagai pengelola pasar
dan memberikan mereka wewenang yang cukup untuk mengambil keputusan sehingga
mereka tidak hanya bertindak sebagai pengumpul retribusi semata. Tidak kalah penting
adalah peningkatan kinerja pengelola pasar dengan menyediakan pelatihan atau evaluasi
berkala. Selanjutnya, pengelola pasar harus secara konsisten berkoordinasi dengan para
pedagang untuk mendapatkan pengelolaan pasar yang lebih baik. Kerja sama antara
pemda dan sektor swasta seperti yang terjadi di kawasan BSD dapat menjadi contoh
solusi untuk meningkatkan daya saing pasar tradisional.
Kedua, pemda perlu mengorganisasi para PKL, baik dengan menyediakan kios/lapak di
dalam pasar tradisonal ataupun dengan mengeluarkan aturan hukum yang melarang PKL
membuka lapak di sekitar pasar tradisional. Adalah sangat penting untuk mencegah agar
para PKL tidak menghalangi area pintu masuk pasar.
Rekomendasi ketiga bertalian dengan para pedagang sendiri. Kebanyakan pedagang harus
membayar tunai kepada para pemasok barang dan menggunakan dana sendiri. Hal ini
menghambat ekspansi usahanya, selain juga berarti bahwa para pedagang dibebankan
seluruh risiko ketika menjalankan bisnisnya. Mengingat bahwa tidaklah lazim untuk
mengasuransi kegiatan bisnis, posisi pedagang menjadi kian rentan, bahkan terhadap
guncangan kecil sekali pun. Oleh karena itu, kajian mengenai jenis asuransi yang cocok
bagi pedagang layak dilakukan dan sekaligus membantu mereka bila membutuhkan
modal tambahan untuk perluasan usahanya.
Terakhir, kondisi yang tersingkap dalam studi ini menunjukkan perlunya regulasi yang
sistematis mengenai pasar modern, termasuk yang menyangkut isu hak dan tanggung
jawab pengelola pasar dan pemda, dan juga sanksi atas pelanggaran aturan tersebut.
Walaupun beberapa pemda menganggap penting untuk memiliki peraturan yang
terpisah, perbaikan pada peraturan yang ada sebenarnya sudah cukup memadai. Selain
itu, baik pemerintah pusat maupun daerah seyogianya bertindak tegas sesuai aturan yang
berlaku. Terlebih lagi, yang terpenting adalah menjamin bahwa aturan tersebut dipahami
oleh para pemangku kepentingan. Pemerintah pusat dan daerah harus memiliki
mekanisme kontrol dan sistem pemantauan untuk menjamin kompetisi yang sehat antara